Photo by Eric Rothermel on Unsplash |
Selamat telah tersesat di blog saya, selamat juga anda tidak hanya tersesat tanpa hasil, setidaknya anda mendapatkan pengalaman yang pernah saya alami selama berburu Letter of acceptance (LoA). Surat istimewa ini dikeluarkan oleh institusi pendidikan atau universitas sebagai bukti bahwa kita telah diterima di universitas mereka.
Surat ini dibagi 2, conditional dan
unconditional. LoA conditional berarti kita telah diterima di universitas
tersebut dengan kondisi tertentu, misal harus melengkapi nilai IELTS atau
requirement lainnya. Sedangkan LoA unconditional adalah surat bahwa kita telah
diterima tanpa syarat apapun, dengan kata lain kita tinggal berangkat.
Apapun jenis LoAnya, secara umum ada 2
jalur yang dapat ditempuh. Pertama adalah dengan mendaftarkan diri langsung ke
universitas dituju, misal universitas seperti ini yang saya tahu adalah
University of Birmingham dan University of Manchester. Biasanya
lagi, untuk jenjang master atau S2 bisa menempuh jalur pertama ini.
Kedua adalah japri calon pembimbing. Untuk
graduate student (S2/S3) biasanya mereka memiliki pembimbing (supervisor), maka
kita propose salah satu professor di universitas tujuan agar mau menjadi
pembimbing kita. Beda dengan kasus pertama, pembimbing akan ditentukan setelah
kita diterima. Kontak professor dengan Bahasa sopan dan lampirkan CV (beberapa
menyarankan draft proposal). Kasus saya, saya hanya membuat email pembuka,
menyatakan tujuan saya, dan melampirkan CV semenarik mungkin yang kira – kira
berkaitan dengan tema riset yang professor suka atau sedang teliti. Dibelakang
itu saya juga mempersiapkan draft proposal untuk jaga – jaga jika diminta.
Saya ambil jalur kedua, saya sebar email ke
2 profesor di Jepang, 1 profesor di Jerman, 1 profesor di Turki, dan 1 profesor
di Kanada. Email saya untuk 2 profesor di Jepang tidak dibalas, professor Jerman
langsung membalas dengan cepat dan tegas bahwa saya ditolak, professor dari
Turki membalas saya dengan lebih lembut dan memohon maaf belum bisa menerima
mahasiswa S3. Lain cerita dengan professor dari Kanada (McGill University),
beliau menerima saya dengan syarat, saya diminta kembali kontak beliau setelah
semua syarat terpenuhi. Semua persyaratan kampus tujuan telah terpenuhi, sisa
IELTS dan beasiswa.
Ada proses persiapan dokumen yang sayang
jika tidak saya ceritakan, dokumen tersebut adalah personal statement. Ini
merupakan essay singkat yang menjelaskan tentang kelayakan saya diterima di McGill
University. Saya menceritakan cita – cita, pengalaman masa kecil, background
pendidikan, pengalaman professional, dimana semua mendukung jalur saya
sekarang, dan bukti memang jalur yang saya ambil adalah benar. Kemudian
diakhiri dengan kesimpulan bahwa McGill University merupakan jalur pendukung
saya selanjutnya. Untuk menjadi sebuah personal statement, saya minta bantuan 2
orang teman saya sebagai proof read dan memberi saran ide, ini sangat penting.
Kembali ke topik mendapatkan LoA. Perlu
waktu tidak sedikit untuk persiapan IELTS dan beasiswa, 10 bulan kemudian saya telah
memenuhi semua persyaratan. Saat itu juga saya kembali menghubungi calon
supervisor saya. Puji syukur, tanggapan beliau sangat baik, langsung kami set
waktu untuk wawancara via skype.
Wawancara via skype ternyata tidak
semenegangkan yang saya pikir, tidak seperti sidang skripsi juga. Wawancara
berjalan santai selayaknya bapak yang menanyakan kabar anaknya, sudah belajar
apa saja, bisa metode ini tidak, dan hal – hal simple seputar akademis. Tidak
ada pertanyaan yang menguji tingkat pemahaman saya pada metode tertentu,
setidaknya untuk kasus saya. Setelah sekitar 10 menit membahas rencana studi,
kemudian beliau banyak bercerita tentang budaya akademik di McGill, cuaca di
Montreal, persiapan tinggal di Montreal, cara mendaftar online. Wawancara
berlangsung sekitar 20 menit.
Keesokan hari saya daftar online, upload
dokumen, dan yang terpenting pada kolom calon supervisor saya sudah mengisi
nama professor saya. Cerita dari beliau, calon supervisor tersebut akan
mempertahankan kita saat rapat committee, semacam rapat penerimaan mahasiswa
graduate.
Ada kasus, teman saya memang terkenal
pintar, sejak SMA sudah juara berbagai jenis lomba dan mendapat beasiswa penuh
(fully funded) sejak SMA hingga S2, mendaftar tanpa korespondensi dengan calon
supervisor, hasilnya ditolak. Kemudian ada kasus lainnya (saya baru dengar 1
kasus), calon mahasiswa telah menulis nama calon supervisor dan sudah
berkorespondensi, dan tetap ditolak.
Kesimpulannya, kepintaran mempermudah kita
mendapat LoA tapi bukan jaminan. Begitu juga mendapat persetujuan supervisor
mungkin meningkatkan peluang kita 99%, tapi tetap ada sesuatu di luar kendali
kita. Di sini ruang kita berdoa, belajar ikhlas, menjadi dewasa.
Semoga sukses, tetap semangat.
Semoga sukses, tetap semangat.
Tidak ada komentar